Minggu, 28 Mei 2017

Daulah Safawiyah di Persia

DAULAH SAFAWIYAH DI PERSIA KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada kami. Shalawat serta salam kami panjatkan kepada nabi seluruh umat, Muhammad SAW yang telah menunjukan jalan yang benar kepada umatnya. Kami ucapkan terimakasih kepada kedua orangtua yang telah mendoakan, dan tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu beserta asistennya yang telah membimbing kami hingga saat ini. Makalah ini disusun dengan maksimal oleh penulis dengan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga memperlancar pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki makalah ini. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR………………………………………………… i DAFTAR ISI…………………………………………………………… ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah…………………………………………….. 1 B. Rumusan Masalah…………………………………………………… 1 C. Tujuan Penulisan…………………………………………………….. 2 D. Metode Penulisan……………………………………………………. 2 BAB II PEMBAHASAN A. Sejarah Daulah Safawiyah di Persia………………………………... 3 B. Asal-Usul Berdirinya Daulah Safawiyah………………………….. 6 C. Silsilah Raja-Raja Daulah Safawiyah……………………………… 7 D. Kemajuan Peradaban Islam Masa Daulah Safawiyah……………... 8 E. Peninggalan-peninggalan Daulah Safawiyah…………………….. 13 F. Kemunduran dan Kehancuran Daulah Safawiyah………………… 14 BAB III PENUTUP Kesimpulan…………………………………………………………… 15 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………..... 17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah khilafah Abbasiyah di Baghdad runtuh akibat serangan tentara Mongol, kekuatan politik Islam mengalami kemunduran yang sangat drastis. Wilayah kekuasaannya tercabik- cabik dalam beberapa kerajaan kecil yang satu sama lain bahkan saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban Islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol itu. Namun, kemalangan tidak berhenti sampai di situ. Timur Lenk, sebagaimana telah tercatat dalam sejarah menghancurkan pusat- pusat kekuasaan Islam yang lain. Keadaan politik umat Islam secara keseluruahan baru mengalami kemajuan kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar.Tiga kerajaann tersebut adalah Utsmani di Turki, Mughal di India, dan Safawi di Persia. Makalah ini akan berusaha mengkaji sejarah tentang kerajaan Shafawi yang ada di Persia. Dalam pengkajian sejarah dan peradaban Islam, sebenarnya ada dua dinasti yang sangat berperan dan dominan dalam menghidupkan dan menyebarkan paham syi’ah di Persia, yaitu dinasti Buwaihi dan dinasti Shafawi. Dinasti Buwaihi (932- 1055 M) berada pada periode klasik Islam, sedangkan dinasti Safawi (1501- 1722 M) hidup pada masa periode pertengahan lslam. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana sejarah didirikannya Daulah Safawiyah? 2. Siapa saja raja-raja yang memegang kekuasaan pada masa Daulah Safawiyah? 3. Apa saja kemajuan yang diraih oleh daulah Safawiyah? 4. Apa saja peninggalan dari Daulah Safawiyah? 5. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran dan kehancuran Daulah Safawiyah? C. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui sejarah didirikannya Daulah Safawiyah. 2. Mengetahui raja-raja yang memegang kekuasaan pada masa Daulah Safawiyah. 3. Mengetahui kemajuan yang diraih oleh daulah Safawiyah. 4. Mengetahui peninggalan dari Daulah Safawiyah. 5. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran dan kehancuran Daulah Safawiyah. D. Metode Penulisan Metode penulisan dalam pembuatan makalah ini yaitu dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan pembahasan materi, baik berupa buku maupun informasi internet. BAB II PEMBAHASAN A. Sejarah Daulah Safawiyah di Persia. Dinasti Safawiyyah merupakan salah satu dinasti terpenting dalam sejarah Iran. Dinasti ini meruapakan salah satu negeri Persia terbesar semenjak penaklukan muslim di Persia. Negeri ini juga menjadikan Islam Syiah sebagai agama resmi, sehingga menjadi salah satu titik penting dalam sejarah muslim. Safawiyyah berkuasa dari tahun 1501 hingga 1722 (mengalami restorasi singkat dari tahun 1729 hingga 1736). Pada puncak kejayaannya, wilayah Safawiyyah meliputi Iran, Georgia, Afganistan, Kaukasus, dan sebagian Pakistan, Turkmenistan dan Turki. Safawiyyah merupakan salah satu negeri Islam selain Utsmaniyah dan Mughal. Kerajaan Shafawi (907-1148 H/1501-1736 M) didirikan oleh Ismail ibn Haider di wilayah Persia. Penamaan kerjaan ini dengan nama kerajaan Shafawi karena kelahirannya berawal dari gerakan tarekat Syafawiyah. Gerakan tarekat Syafawiyyah didirikan oleh Safi Al-Din Ishak Al-Ardabily (1252-1334 M) yang berpusat di Ardabil Azerbaijan. Ia merupakan murid dari seorang mursyid tarekat di kota Jilan dekat Kaspia, Syeikh Taj Al-Din Ibrahim Zahidi (1218-1301 M) yang kemudian daimbil menjadi menantu menggantikan kedudukannya. Mengenai asal-usul Safi Al-Din, ada dua riwayat yakni ia keturunan Musa Al-Kazim, imam ketujuh syiah imamiyah dan ia keturuna penduduk asli Iran dari Kurdistan dan seorang Sunni bermadzhab Syafi’i. Perjalanan tarekat Safawiyyah menuju terbentuknya kerajaan Shafawi dapat di bedakan menjadi dua fase: 1. Gerakan tarekat murni Pada fase ini ada dua kecenderungan yang berkembang dalam tarekat tersebut yakni Sunni, saat dipinpin oleh Safi Al- Din, dan Sard Al-Din. Serta Syiah, terjadi setelah wafatnya Sard Al-Din pada masa Khawaja Ali, sikap syiahnya sangat toleran, tapi pada masa Ibrahim ia bersiakap ekstrim. 2. Gerakan politik Terjadi pada masa Junaid Ibn Ibrahim (1447-1460). Beralihnya sikap gerakan ini kepada gerakan politik karena gerakan ini mendapat dukungan luas dari masyarakat Persia yang sudah terpengaruh oleh ajaran tarekat Syafawiyyah. Terpengaruh masyarakat pada tarekat ini antara lain karena banyaknya orang Persia yang mencari keterangan hidup dengan memilih jalan hidup tasawuf, sebab bosan dengan suasana hidup yang hidup dengan peperangan dan perebuatan kekuasaan. Sebelum daulah Syiah Shafawi berkuasa di Iran, wilayah tersebut dikuasai oleh orang-orang mongol Dinasti Ilkhan. Madzhab resmi negeri ini adalah Ahlussunah namun sudah terkonstaminasi dengan paham tasawwuf. Pada masa Shafiyuddin Ishaq, situasi politik di Iran dan sekitarnya dalam kondisi tidak stabil, rakyat merasa tidak puas dengan pemerintahannya, perbuatan keji tersebar diantara para penguasa, dan lain-lain. Syiah membaca hal ini sebagai peluang mereka. Pada awalnya syiah hanya sebagai gerakan keagamaan, namun pada masa Al-Junaid-cucu Shafiyuddin Ishaq, gerakan madzhab ini berubah menjadi gerakan politik dan Sultan Haidar menetapkan bahwa nasab keluarga Shafawi bersambung dengan Musa bin Ja’far Al-Kazhim. Deklarasi Syiah sebagai gerakan politik atau pengakuan masukmya kader syiah dalam ranah politik bertujuan untuk memperluas pengaruh mereka dan sebagai sinyal perlawanan terhadap dinasti Ilkhan yang mulai sakit. Gerakan mereka dimulai pada masa Fairuz Syah yang memimpin revolusi perlawan terhadap Ilkhan dan puncaknya di capai pada masa Syah Ismail As-Shafawi dengan berdirinya Daulah Syiah As-Shafawi pada tahun 1501. Saat itulah madzhab resmi Iran berganti menjadi Syiah, dan rakyat dipaksa untuk memeluk pemahaman ini. Syah Ismail tidak peduli bahwa mayoritas rakyatnya adalah orang-orang berpaham ahlussunah. Ia menggerakkan seluruh kemampuan dan pengaruh nya untuk memaksa warga beralih madzhab menjadi syiah. Tidak berhenti memperlakukan kebijakan tersebut didalam negerinya, Syah Ismail juga berupaya menyebarkan paham Syiah di Daulah Ahlussunah seperti Daulah Utsmaniyah. Masyarakat Utsmani menolak keras ajaran Syiah yang pokok pemikirannya adalah mengkafirkan para sahabat nabi, melaknat generasi awal islam, meyakini adanya perubahan didalam Al-Qur’an, dll. Ketika Syah Ismail memasuki daerah Iraq, ia membunuh umat islam Ahlussunah, menghancurkan masjid-masjid, dan merusak pekuburan. Pemimpin Utsmaniyah, Sultan Salim menanggapi serius usaha yang dilakukan Syah Salim terhadap rakyatnya. Pada tahun 920 H/1514 M, Sultan Salim membuat keputusan resmi tentang bahaya pemerintah Iran As-Shafawi. Ia memperingat kan para ulama, para pejabat, dan rakyatnya bahwa Iran dengan pemerintahan mereka As-Shafawi adalah bahaya nyata, tidak hanya bagi Turki Utsmani bagi masyarakat Islam keseluruhan. Atas masukan dari para ulama, Sultan Salim mengumumkan jihad melawan Daulah Shafawiyyah, Sultan Salim memerintahkan agar para simpatisandan pengikut kerajaan Shafawi yang berada di wilayahnya ditangkap dan bagi yang melakukan pelanggaran berat dijatuhi sangsi hukuman mati.(Juhud Al-Utsmaniyin Lil Inqadz Al-Andalus). Alun-alun Naghsh-i jahan di Ishafan adalah bukti kegemilangan Safawiyyah. Pada abad ke-15, Kesultanan Utsmaniyah mulai memasuki daerah orang persia. Sebagai balasan pengikut Safawiyyah dari Ardabil merebut Tabriz dari Turki dibawah pimpinan Alwand. Safawiyyah kemudian dipimpn oleh Ismail I dan dibawah pemerintahannya, Tabriz menjadi ibu kota dinasti Safawiayah dan ia sendiri mendapat gelar Syah Azerbaijan. Kemudian Ismail I berhasil mencapai barat laut Iran dan merebut semua wilayah Iran dari Turki. Pada tahun 1511, tentara uzbek berhasil diusir. Sepanjang pemerintahan Safawiyah, Islam Syiah menjadi agama resmi Iran walaupun syiah sudah lama dipraktikkan sebelum zaman Safawiyyah. Raja-raja Safawiyyah kemudian membawa masuk lebih banyak ulama-ulama Syiah dan menganugerahkan mereka uang dan tanah sebagai hadiah atas kesetiaan mereka Kejayaan Safawiyyah mulai surut pada abad ke 17.Raja-raja Safawiyyah semakin lama semakin tidak efesien dan hidup berfoya-foya. Iran juga terus di serang Turki Utsmaniyah, Afghan dan Arab. Pada tahun 1698, Kerman direbut oleh orang Balonch, Sementara Khorasan ditaklukkan oleh orang Afghan pada tahun1717. Selain itu Safawiyyah turut berhadapan dengan ancaman baru yaitu kekeisaran Rusia di sebelah utara dan serangan tentara Mughal di sebelah timur. Lebih buruk lagi, ekonomi Safawiyyah merosot akibat perubahan Jalur Sutera tidak lagi digunakan. Pada tahun 1760, Jenderal Karim Khan mengambil ahli kekuasaan sekaligus mengakhiri pemerintahan Safawiyyah di Iran dan mendirikan Dinasti Zand. B. Asal-usul Daulah Safawiyyah Menurut Supriyadi (2008:253) Daulah Safawiyyah bermula dari gerakan sufi di kawasan Azarbaijan yang di sebut Safawiyyah. Pendiri gerakan sufi ini adalah Syeikh Safi Al-Din (1252-1334 M). Syeikh Safi Al-Din Abdul Fath Ishaq Ardabili berasal dari Ardabil, sebuah kota di wilayah azebaijan Iran.Ia merupakan anak murid seorang imam sufi yaitu Syeikh Zahed Gilani(1216-1301 M, Lahir Lahijan).Safi Al-Din kemudian mengganti ajaran sufi ini menjadi ajara Syiah sebagai tanggapan terhadap serangan tentara mongol di wilayah Azerbaijan. Pada abad ke-15, Safawiyyah mulai meluaskan pengaruh dan kekusaan nya dalam bidang politik dan militer ke seluruh Iran dan berhasil merebut seluruh Iran dari pemerintahan Timuriyah. Menurut Marshal G.S. Hodson dalam Supriyadi (2008:254), Kerajaan Syafawi berdiri sejak tahun 1503-1722 M. Kerajaan ini berasal dari sebuah tarekat yang berdiri di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan. Tarekat ini diberi nama tarekat Syafawiyah, yang diambil dari nama pendirinya, safi Al-Din dan nama Syafawi terus dipertahankan sampai tarekat ini menjadi gerakan politik. Bahkan, nama itu terus dilestarikan setelah gerakan ini berhasil mendirikan kerajaan (Yatim dalam Supriyadi, 2008:254). Daulah Safawi di Persia muncul dan kemudian menjadi suatu kerajaan besar di dunia islam. Dinasti ini berasal dari seorang sufi Syekh Ishak Safiuddin dari Ardabil di Azerbaijan (Nasution). Safiuddin berasal dari keturunan yang berbeda dan memilih sufi sebagai jalan hidupnya. Ia keturunan dari Imam Syi’ah yang enam, Musa Al-Kazim. Oleh karena itu, untuk tahap selanjutnya kerajaan syafawi menyatakan syi’ah sebagai madzhab negara. Karena itu, kerajaan ini dapat dianggap sebagai peletak pertama dasar terbentuknya negara Iran dewasa ini (Yatim). Suatu hal yang sangat luar biasa dari kerajaan syafawi bahwa kerajaan tersebut beraliran syi’ah dan menjadikannya sebagai dasar keyakinan negara (Marshal, G.S. Hodson). Syeikh Safiuddin beraliran syi’ah dan mempunyai pengaruh besar di daerah persia (Nasution). Uraian di atas dapat dipahami bahwa penggagas awal berdirinya kerajaan syafawi adalah syeikh Ishak Safiuddin yang semula hanya sebagai mursyid tarekat dengan tugas dakwah agar umat islam secara murni berpegang teguh pada ajaran agama. Namun, pada tahun selanjutnya, setelah banyak memperoleh pengikut fanatik akhirnya aliran tarekat ini berubah menjadi gerakan politik dan awal memperoleh kekuasaan secara konkret pada masa Junaid. C. Silsilah Raja-Raja Daulah Safawiyah 1. Safi Al-Din (1252-1334 M). 2. Sadar Al-Din Musa (1334-1399 M). 3. Khawaja Ali (1399-1427 M). 4. Juneid (1447-1460 M). 5. Haidar (1460-1494 M). 6. Ali (1494-1501 M). 7. Ismail (1501-1524 M). 8. Tahmasp I (1524-1576 M). 9. Ismail II (1576-1577 M). 10. Muhammad Khudabanda (1577-1787 M). 11. Abbas I (1588-1628 M). 12. Safi Mirza (1628-1642 M). Safi Mirza memiliki jiwa kepemimpinan yang lemah, sangat kejam terhadap para pembesar kerajaan, memiliki sifat cemburu terhadap petinggi kerajaan. Pada masa pemerintahannya kota Qandahar lepas dan diduduki kerajaan Mughal (Sultan Syah Jehan), dan Baghdad direbut oleh Kerajaan Turki Utsmani. 13. Abbas II (1642-1667 M). Abbas II memiliki sifat dan moral yang buruk, dia seorang pemabuk dan suka meminum minuman keras. 14. Sulaiman (1667-1694 M). Sulaiman memiliki sifat kejam terhadap para pembesar kerajaan, dan karena sifatnya dan moral yang buruk, menimbulkan rakyat bersikap masa bodoh terhadap pemerintahannya. 15. Husen (1694-1722 M). Pada masa pemerintahannya, Husen memberi kekuasaan yang besar kepada para ulama Syiah. 16. Tahmasp II (1722-1732 M). Pada masa pemerintahannya ia bekerja sama dengan Nadhir Khan untuk memerangi bangsa Afghan yang menduduki kota Isfahan. Namun setelah Isfahan bisa direbut kembali, Tahmasp II dipecat oleh Nadhir Khan 1732 M. 17. Abbas III (1732-1736 M). Abbas III diangkat menjadi raja ketika ia masih kecil, sehingga ia tidak berpengalaman dalam memageng pemerintahan. D. Kemajuan Peradaban Islam pada Masa Daulah Safawiyah 1. Bidang politik, pemerintahan, dan sosial. a. Pada masa pemerintahan Ismail, Safawi berhasil mengembangkan wilayah kekuasaannya sampai ke daerah Nazandaran, Gurgan, Yazd, Dyar Bakr, Baghdad, Sirwan dan Khurasan hingga meliputi ke daerah bulan sabit subur (fortile crescent). b. Pada masa pemerintahan Abbas I, safawi berhasil mengambil kembali daerah-daerah yang lepas dan mencari daerah baru. Abbas I berhasil menguasai Herat (1598 M), Marw, dan Balkh. Kemudian, Abbas I mulai menyerang kerajaan Turki Utsmani dan berhasil menguasai Tabriz, Sirwani, Ganja, Baghdad, Nakhchivan, Nerivan, dan Tiflis. Kemudian pada tahun 1622 M, Abbas I berhasil menguasai kepulauan Hurmuz dan mengubah pelabuhan Gumrun menjadi pelabuhan Bandar Abbas. c. Syah Abbas I membangun angkatan bersenjata yang kuat, besar, dan modern. d. Keadaan politik pada masa Syafawi mulai bangkit kembali setelah Abbas I naik tahta dari tahun 1587-1629 dan dia menata administrasi negara dengan cara yang lebih baik (Marshal G.S. Hodson). Kondisi memprihatinkan Kerajaan Syafawi bisa diatasi setelah raja syafawi kelima, Abbas I naik tahta. Langkah-langkah yang di tempuh Abbas I dalam rangka memulihkan politik kerajaan Syafawi adalah: 1) Mengadakan pembenahan administrasi dengan cara pengaturan dan pengintrolan dari pusat. 2) Pemindahan ibu kota ke Ishafan. 3) Berusaha menghilangkan dominasi pasukan Qizilbash atas kerajaan Syafawi dengan cara membentuk pasukan baru yang anggotanya terdiri atas budak-budak yang berasal dari tawanan perang bangsa Georgia, Armenia, dan Sircasia yang telah ada sejak raja Tamh I. 4) Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Ustmani. 5) Berjanji tidak akan menghina tiga khalifah pada khutbah jumat. Reformasi politik yang dilakukan oleh Abbas I tersebut berhasil membuat kerajaan Syafawi kuat kembali. Setelah itu, Abbas I mulai memusatkan perhatiannya merebut kembali wilayah-wilayah kekuasaanya yang hilang. Selanjutnya, perlu diketahui bahwa kerajaan Syafawi dan Turki Ustmani sebelum abad ke 17 sudah saling bermusuhan dan Syafawi mengalami banyak kekalahan, namun setelah Abbas I naik tahta kerajaan Safawi dalam merebut wilayah kekuasaan Turki Ustmani banyak mengalami kemenangan. Menurut Badriyatim, rasa permusuhan antara dua kerajaan aliran agama yang berbeda ini tidak pernah padam sama sekali. Abbas I mengarahkan serangan-serangannya kewilayah kerajaan Turki Ustmani pada tahun 1602 M. Disaat Turki Ustmani berada dibawah sultan Muhammad III, pasukan Abbas I menyerang dan menguasai Tabriz, Sirwn, dan Baghdad. Sedangkan Nakh Chivan, Erivan, Ganja, dan Tiflis dapat dikuasai tahun 1605-2906 M. Selanjutnya pada tahun 1622 M, pasukan Abbas I berhasil merebut kepulauan Hurmuz dan mengubah pelabuhan Gumrun menjadi pelabuhab Bandar Abbas. Pada tahun 1902 M, pecahlah perang Turki dengan Austria dan tentara Turki yang lain terpaksa pergi memedamkan pemberontakan kaum Jalaliah (Maulawiyah) di asia kecil. Kesempatan ini diambil oleh Syekh Abbas dan berhasil merebut kembali Tibriz dari tangan Turki.Setelah itu, dirampas juga Sirwan dan akhirnya diambilnya Baghdad kembali yang sudah berkali-kali jatuh ke tangan Turki. Kemudian, ia sanggup menaklukan negeri Kaukasus dan diperkuatnya batas-batas kekuasaan sampai ke Balakh dan Mervi pada bulan maret 1622M. Ia dapat pula merrampas pulai Hurmuz yang telah sekian lama menjadi pangkalan kekuatan bangsa portugis. Sesudah Syekh Abbas I, tidak ada lagi raja Syafawi yang kuat dan akhirnya kerajaan ini dapat dijatuhkan oleh Nadhir Syah. 2. Bidang keagamaan Pada masa Abbas, kebijakan keagamaan tidak lagi seperti masa khalifah-khalifah sebelumnya yang senantiasa memaksakan agar syi’ah menjada agama negara, tetapi ia menanamkan sikap teloransi. Menurut Hamka, terhadap politik keagamaan beliau tanamkan paham toleransi atau lapang dada yang besar.Paham Syi’ah tidak lagi menjada paksaan,bahkan orang sunni dapat hidup bebas mengerjakan ibadah nya. Bukan hanya itu saja pendeta-pendeta nasrani diperbolehkan mengembangkan ajaran agamanya dengan leluasa sebab sudah banyak bangsa Armenia yang telah menjadi penduduk setia dikota Isfahan. 3. Bidang ekonomi Stabilitas politik kerajaan Syafawi pada masa Abbas I ternyata telah memacu perkembangan perekonomian Syafawi, terlebih setelah kepulauan Hurmuz dikuasai dan pelabuhan Gumrun diubah menjadi Bandar Abbas. Dengan dikuasainya bandar ini, salah satu jalur dagang laut antara timur dan barat yang biasa diperebutkan oleh Belanda, Inggris, dan Perancis sepenuhnya menjadi milik kerajaan Syafawi. Di samping sektor perdagangan, Kerajaan Syafawi juga mengalami kemajuan di sektor pertanian terutama di daerah bulan sabit subur (fortile crescent). Namun setelah Abbas I mangkat, perekonomian Syafawi lambat laun mengalami kemunduran dan puncak kemundurannya terjadi pada masa kekuasaan Syafi Mirza. Pada saat itu rakyat cenderung merasa masa bodoh karena mereka sudah banyak memperoleh penindasan dari Syafi Mirza, tetapi saudagar bangsa-bangsa asing banyak berdiam di Iran dan mengendalikan kegiatan ekonomi (Hamka). 4. Kondisi Bidang Ilmu Pengetahuan Dalam sejarah Islam, bangsa Persia dikenal sebagai bangsa yang berperadaban tinggi dan berjasa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila pada masa kerajaan Syafawi, khususnya ketika Abbas I berkuasa, tradisi keilmuan terus berkembang. Berkembangnya ilmu pengetahuan masa Kerajaan Syafawi tidak lepas dari suatu dokrtrin mendasar bahwa kaum Syi’ah tidak boloeh taqlid dan pintu ijtihad selamanya terbuka. Kaum Syi’ah tidak seperti kaum Sunni yang mengatakan bahwa ijtihad telah terhenti dan orang mesti taqlid saja (Hamka). Ilmuan yang melestarikan pemikiran-pemikiran Aristoteles, Al-Farabi, suhrowardi pada sekitar abad ke-17 di Kerajaan Syafawi adalah Mullah Sadr dan Mir Damad (Marshal G.S Hodson). Dalam keterangan lain disebutkan, ada beberapa ilmuan yang selalu hadir di majelis istana, yaitu Baha Al-Din Al-Syaerazi, filosof dan Muhammad Bagir Ibn Muhammad Damad, filosof ahli sejarah, teolog, dan ia adalah seorang yang pernah mengadakan observasi mengenai kehidupan lebah(Yatim) Zende, Rud, dan istana Chihil Sutun. Kota Isfahan juga diperindah dengan taman-taman yang ditata secara baik. Ketika Abbas wafat, beliau meninggalkan 162 masjid, 48 akademi, 1.802 penginapan, dan 273 pemandian yang ada di Isfahan (Marshal G.S Hodson). 5. Bidang seni Di bidang seni, kemajuan tampak begitu jelas gaya arsitektur bangunannya, seperti terlihat pada Masjid Syah yang dibangun tahun 1603 M. Unsur seni lainnya terlihat dalam bentuk kerajinan tangan, kerajinan karpet, permadani, pakaian, tenunan, mode, embikar, dan benda seni lainnya. Seni lukis mulai dirintis sejak zaman Tamasp I, Raja Ismail pada tahun 1522 M, membawa seorang pelukis Timur ke Tabriz, pelukis itu bernama Bizhard (Marshal G.S Hodson). Menurut Hamka, pada zaman Abbas I berkembanglah kebudayaan, kemajuan, dan keagungan pikiran mengenai seni lukis, pahat, syair, dan sebagainya. Di antara para pujangga yang gemerlapan bintangnya, ialah Muhammad Bagir Ibn Muhammad Damad, ahli filsafat dan ilmu pasti. Abbas sendiri asyik dengan ilmu tersebut, bahkan tidak segan Abbas mengadakan penyelidikan sendiri. Beliau tidak lengah menggerakan kemajuan pengetahuan-pengetahuan khusus mengenai agama, terutama ilmu fiqh. Di antara ulama besar yang sangat ternama pada waktu itu ialah Baharudin Al-Amili, selain dari seorang ahli agama, beliau juga ahli kebudayaan yang mengetahui soal-soal dari berbagai segi. Pada waktu itu, hidup juga filosof Shadaruddin Asyaerozi, ahli filsafat ketuhanan yang banyak mempengaruhi timbulnya paham bahai yang sekarang mengakui diri mereka agama baru. E. Peninggalan Daulah Safawi Berikut peningglan-peninggalan Daulah Safawiyah, diantaranya: 1. Maidan Imam. Peninggalan bangunan monumental dari masa kejayaan Safawi di Isfahan, sebuah kompleks seluas 500 × 160 meter persegi. Maidan Imam menjadi sebuah simbol utama pemerintahan Daulah Safawi. Lapangan megah ini dikelilingi tembok memanjang pada keempat sisinya. Dimana pada masing-masing sisi terdapat bangunan peninggalan Kerajaan Safawi, yakni Masjid Shah di sisi selatan, Masjid Syaikh Lutfallah di Timur, Istana Ali Qapu di Barat, dan pintu masuk utama kompleks yang terkenal dengan sebutan Bazaar di bagian Utara. 2. Masjid Shah Masjid ini mulai dibangun pada 1611 M, yang terletak di sisi Selatan kompleks Maidan Imam. Keberadaan bangunan masjid ini sebagai simbol penguasa Kerajaan Safawi. Karena itu, masjid ini kemudian disebut Masjid Shah, sebutan untuk penguasa monarki di Persia. Pembangunan masjid ini hingga masa Syah Safi, pengganti Syah Abbas I, belum selesai. Kubah masjid baru selesai dibangun pada 1638 M. 3. Jembatan Khaju Jembatan ini dibangun oleh shah Abbas II yang memiliki fungsi ganda sebagai bendungan untuk mengurai taman di sepanjang sungai Zayandeh. Jembatan ini dibangun pada abad ke-17 M dan memiliki lorong beratap yang dihiasi dengan keramik warna-warni. Jembatan khaju memiliki luas 23 meter persegi dan panjang 105 meter dan lebar 14 meter. 4. Gedung Chahar Bagh Gedung ini dibangun pada masa Shah Husein 1706 yang diperuntukan untuk sarana pendidikan. Letaknya di Chahar-Bagh, salah satu jalan utama di kota Isfahan. Shah Husein memerintahkan pembangunan sekolah ini sebagai pusat pendidikan agama dan ilmu pengetahuan di Isfahan. F. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Syafawi Masa kemunduran dan kehancuran Daulah Safawi di mulai sejak sepeninggal raja Abbas I. Pada masa raja-raja setelahnya kondisi daulah Safawi tidak menunjukan grafik naik dan berkembang, tetapi justru memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa kepada kehancuran, karena kerajaan ketika itu diperintah oleh raja-raja yang lemah dan memiliki perangai dan sifat yang buruk. Hal ini menyebabkan rakyat kurang respon dan timbul sikap masa bodoh terhadap pemerintahan. Faktor-faktor yang menyebabkan keruntuhan daulah safawiyah: 1. Konflik berkepanjangan dengan kerajaan usmani. dimana, menurut kerajaan usmani, kerajaan Shafawi yang beraliran Syiah marupakan ancaman langsung terhadap wilayah kekuasaannya . 2. Dekadensi Moral yang melanda para pemimpin kerajaan Shafawi.pemimpin kerajaan Shafawi yang bernama Sulaiman dan husein adalah pecandu berat narkotika, dan menyenangi kehidupan malam sehingga selama tujuh tahun, tak sekalipun mereka menyempatkan diri menangani pemerintahan . 3. Terjdinya konflik Intern dalam bentuk perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana . 4. Adanya pasukan Ghulam (budak – budak) yang di bentuk oleh Abbas I tidak memiliki semangat perang yang tinggi seperti Qizilbash. BAB III PENUTUP Kesimpulan 1. Kerajaan Syafawi berdiri sejak tahun 1503-1722 M. Kerajaan ini berasal dari sebuah tarekat yang berdiri di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan. Tarekat ini diberi nama tarekat Syafawiyah, yang diambil dari nama pendirinya, safi Al-Din dan nama Syafawi terus dipertahankan sampai tarekat ini menjadi gerakan politik. Bahkan, nama itu terus dilestarikan setelah gerakan ini berhasil mendirikan kerajaan (Yatim, 1997 : 138). 2. Silsilah Raja-Raja Daulah Safawiyah: Safi Al-Din (1252-1334 M), Sadar Al-Din Musa (1334-1399 M), Khawaja Ali (1399-1427 M), Juneid (1447-1460 M), Haidar (1460-1494 M), Ali (1494-1501 M), Ismail (1501-1524 M), Tahmasp I (1524-1576 M), Ismail II (1576-1577 M), Muhammad Khudabanda (1577-1787 M), Abbas I (1588-1628 M), Safi Mirza (1628-1642 M), Abbas II (1642-1667 M), Sulaiman (1667-1694 M), Husen (1694-1722 M), Tahmasp II (1722-1732 M), Abbas III (1732-1736 M). 3. Kemajuan Peradaban Islam pada Masa Daulah Safawiyah: Bidang politik, pemerintahan, dan social, keagamaan, ekonomi, ilmu pengetahuan, dan seni. 4. Peninggalan Daulah Safawi, diantaranya: Maidan Imam, Masjid Shah, Jembatan Khaju, Gedung Chahar Bagh. 5. Faktor-faktor yang menyebabkan keruntuhan daulah safawiyah: a. Konflik berkepanjangan dengan kerajaan usmani. dimana, menurut kerajaan usmani, kerajaan Shafawi yang beraliran Syiah marupakan ancaman langsung terhadap wilayah kekuasaannya. b. Dekadensi Moral yang melanda para pemimpin kerajaan Shafawi.pemimpin kerajaan Shafawi yang bernama Sulaiman dan husein adalah pecandu berat narkotika, dan menyenangi kehidupan malam sehingga selama tujuh tahun, tak sekalipun mereka menyempatkan diri menangani pemerintahan. c. Terjdinya konflik Intern dalam bentuk perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana . d. Adanya pasukan Ghulam (budak – budak) yang di bentuk oleh Abbas I tidak memiliki semangat perang yang tinggi seperti Qizilbash. DAFTAR PUSTAKA Irwan. 2015. Tersedia: http://irwantokrc.blogspot.co.id. Online: Rabu, 28 Oktober 2015. Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: CV Pustaka Setia. Sasongko, A. 2015. Tersedia: http://googleweblight.com Online: Senin, 14 Desember 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar